Asumsi-Asumsi Dasar Fromm

 Asumsi paling dasar Fromm adalah kepribadian individu dapat dipahami hanya dalam tentang sejarah manusia. Fromm meyakini bahwa manusia tidak memiliki insting-insting yang kuat untuk beradaptasi dengan dunia yang sedang berubah, tetapi mereka sanggup mengembangkan kemampuan rasionya-sebuah kondisi yang disebut Fromm dilema manusia. Manusia mengalami dilema dasar ini karena sudah menjadi terpisah dari alam tetapi memiliki kemampuan untuk menjadi sadar akan diri mereka sebagai makhluk-makhluk yang terisolasi. Kemampuan manusia untuk menalar merupakan berkah sekaligus kutukan. Disatu sisi mengizinkan manusia untuk bertahan namun, disisi lain memaksa mereka untuk memecahkan dikotomi dasar yang tak terpecahkan yang disebut “dikotomi-dikotomi eksistensial”, karena mereka berakar dalam eksistensial terdalam manusia. Manusia tidak dapat menghilangkan dikotomi-dikotomi eksistensial ini selain hanya bereaksi kepada dikotomi-dikotomi ini yang sifatnya relative karena berkaitan dengan budaya dan kepribadian individu masing-masing.



Dikotomi pertama dan yang paling fundamental berkenaan dengan hidup dan mati. kesadaran diri dan rasio menyatakan pada kita bahwa kita pasti akan mati. namun kita berusaha mati-matian menegasikan dikotomi ini dengan mempostulasikan hidup sesudah mati.

Dikotomi eksistensial kedua adalah manusia sanggup mengonsepsikan tujuan realisasi diri yang seutuhnya namun kita juga sadar bahwa hidup terlalu singkat untuk mencapai tujuan tersebut. “Hanya jika masa hidup individu sama panjangnya dengan usia kemanusiaan, barulah dia dapat berpartisipasi sepenuhnya dalam perkembangan manusia yang berlangsung dalam proses historis”.

Dikotomi eksistensial ketiga adalah manusia pada akhirnya sendirian saja meskipun kita tidak bisa menoleransikan pengisolasian. Manusia menyadari diri mereka sebagai individu yang berbeda, dan diwaktu yang sama percaya bahwa kebahagiaan mereka bergantung pada perasaan bersatu dengan sesama manusia lainnya.     

Post a Comment

Previous Post Next Post